Kata tekstil dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris
textile, meskipun kata
textile itu sendiri diketahui berasal dari kata bahasa Latin, texere yang berarti lembaran. Istilah bahasa Indonesia lama untuk kain adalah sesuatu yang dipakai atau pakaian dan menjadi kata
kain, sedangkan untuk tekstil dalam pengertian umum disebut cita, tetapi kata tersebut sudah jarang dipakai, sehingga dalam bahasa Indonesia dewasa ini istilah kain atau cita disebut tekstil, meskipun ada perbedaan arti antara dua istilah ini, yaitu
tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang bisa digunakan atau dipakai. Sejarah pakaian dimulai sejak kehadiran manusia di muka bumi yang merasa berbeda dengan binatang yang umumnya berbulu, maka manusia menutupi tubuhnya dengan pakaian.
Di beberapa wilayah manusia memakai pakaian bahkan dari kulit hewan berbulu yang ternyata dapat menjadi penghangat badan di udara dingin, di wilayah panas pakaian manusia purba dari kulit kayu dan dari tumbuhan merambat atau rumput-rumputan dibuat berbagai barang untuk keperluan sehari-hari seperti tikar, gendongan barang, penutup kepala dan sebagainya, sampai akhirnya dikenal beberapa jenis serat yang dapat dijadikan benang untuk akhirnya ditenun menjadi semacam tekstil yang kita kenal. Awal manusia mulai membuat tekstil, tidak diketahui secara pasti, tapi diduga dimulai oleh manusia di daratan Asia, pada saat yang sama manusia di daratan Eropa masih berpakaian dari kulit khewan berbulu.
Dalam pengertian sekarang tekstil adalah material lembaran yang fleksibel terbuat dari benang dari hasil pemintalan serat pendek (stapel) atau serat berkesinambungan (filamen) yang kemudian ditenun, dirajut atau dengan cara penyatuan serat berbentuk lembaran menggunakan atau tanpa bahan perekat yang di pres (disebut non-woven fabrics).Motif dan penggunaan tekstil sebagai busana dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan lain sebagainya. Tekstil sudah menjadi barang umum sehari-hari, meskipun demikian keberadaan tekstil dalam sejarah selalu bersinggungan dengan budaya, kekuasaan, politik, penaklukan dan tidak jarang dengan peperangan atau menggambarkan suasana damai dan kemakmuran masyarakatnya.
Demikian juga pembuatan benang dari serat dimulai kapan dan oleh siapa tidak diketahui secara jelas, tapi bukti sejarah menunjukan antara lain pertenunan telah dikenal sejak sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi di Mesir, penanaman tumbuhan flax (sejenis serat alam) di Eropa telah ada sebelum Masehi dan sebuah mural di Eropa dari abad kedua Masehi menggambarkan seorang Madonna tengah merajut.
Temuan sejarah dari sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi terdapat motif tenunan kapas pada suatu bejana perak di Pakistan. Cina berabad-abad merahasiakan keberadaan ulat sutera sebagai penghasil filamen sutera, sampai suatu saat seorang Italia pada abad pertengahan bernama Marcopolo berhasil menyelundupkan kokon ulat sutera di dalam tongkatnya yang kemudian membudidayakan ulat tersebut di negerinya.
Dalam budaya Nusantara, ternyata penenun di tatar Sunda menempati kedudukan terhormat, misal pada legenda Sangkuriang di Jawa Barat terdapat nama penenun Dayang Sumbi yang berarti wanita keturunan dewi atau dahyang, sedang sumbi berarti bagian alat tenun yang digunakan sebagai pembatas anyaman motif tenun, juga dikenal ceritera Nenek Anteh seorang pembuat benang (anteh berarti mengantih atau memilin benang kapas) konon bayangannya nampak di bulan saat purnama. Dalam naskah lama, misal dalam serat Pararaton ditulis, bahwa raja Majapahit pertama yang bergelar Prabu Kertarajasa menganugerahkan kain gringsing sebagai tanda panglimanya untuk berperang dan patung Prabu Kertarajasa sendiri memakai batik bermotif kawung yang nampak halus.Di berbagai suku di Indonesia kain tradisional jadi prestise seseorang dan kain tersebut diwariskan turun temurun.
Dari fakta dan ceritera sejarah tersebut, nampak penting untuk mempelajari pengetahuan tekstil, supaya berbagai hal dapat diketahui. Demikian juga halnya untuk mempersiapkan masa depan, tekstil memiliki peran yang lebih penting di masa datang, antara lain tekstil telah jadi bagian dari gaya hidup dan teknologi, karena tekstil tidak hanya menjadi busana, tapi juga untuk tekstil di industri, keperluan medis, sebagai geo-textile yaitu tekstil untuk penyangga struktur tanah, untuk pakaian ruang angkasa, pembalap mobil, tekstil militer dan berbagai aspek kehidupan dan budaya di masa mendatang.
Sumber
Collier, AM et al, (1968), Handbook of Textiles, Lewis Publisher Ltd, Brighton, UK